Kamis, 08 Mei 2014

cerpen




Bingung Lebay

Dia adalah orang yang membuatku nyaman dan bahagia. Selalu bersama dengan ceria. Tetapi rasa ini sungguh menyiksaku, menunggu kepastian tanpa balasan.

Dia adalah sahabatku, Marsini namanya. Sejak pertama kali aku mengenalnya, tatapan matanya itu masih teringat jelas di dalam ingatanku, membuatku selalu ceria dan bahagia. Senyumannya membuatku tenang dan damai, setiap aku merasa jatuh, jika bersamanya dia seperti membuatku bangkit kembali.

Mungkin aku terlalu egois karena terlalu berharap untuk memilikinya, tapi aku tak pernah bisa untuk berpura-pura tidak mencintainya. Tapi disisi lain, jika akhirnya aku dan dia bisa bersatu, aku merasa TAKUT, aku sangat takut kehilangan dirinya, aku tak ingin dia menghilang dari mata dan hatiku. Tapi di sisi lain, aku sangat ingin memiliki dia, agar semua orang tau, dia itu milik ku. Hanya aku dan bukan milik orang lain.

Aku selalu menahan rasa sakit ini ketika teman-temanku menanyakan kedekatan ku dengan Marsini selama ini. Aku sakit ketika aku harus mengatakan, “Bukan, dia hanya temanku.”

Tapi perlahan masalah itu sudah menjadi hal yang biasa untukku. Karna Marsini mengajarkanku untuk bertindak dan bersikap dewasa. Aku tak berani mengatakan Marsini adalah segalanya untukku, karena aku takut jika kehilangan dia aku akan kehilangan segala yang kupunya.

Aku berusaha menjadi lelaki dewasa yang selalu berfikir positif. Terkadang aku berfikir tentang hubunganku dengan Marsini sekarang. Aku takut jika kami berpacaran dan akhirnya putus, aku tak akan bahagia karena tak bisa berada di dekatnya lagi. Mungkin lebih baik berteman seperti sekarang ini karena dia tak akan meninggalkan aku, walaupun dia menemukan cintanya.

Marsini adalah salah satu orang yang berharga bagiku setelah keluargaku sekarang. Andai saja aku mampu mengatakan kepadanya bahwa aku menyayanginya, mungkin aku akan jauh lebih tenang. Sudah beberapa kali aku mencoba untuk mengatakannya, tapi yang ada hanya gemetar, gemetar sekujur badan. Mungkin, belum saatnya aku berkata seperti itu.

Tawa dan candanya adalah salah satu warna di hidupku, aku tak ingin semuanya berlalu begitu cepat. Marsini juga adalah salah satu alasan yang membuatku betah di masa sekarang ini yang membuatku lelah. Saat ini aku masih duduk manis di sampingnya, menjadi temannya, entah akankah posisi itu berubah atau tidak, tak ada yang bisa memastikannya. Tetapi harapan itu tetap akan selalu ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar